Properti

Saham Properti Bersinar Sepanjang 2025, Prospek Sektor Tahun 2026

Saham Properti Bersinar Sepanjang 2025, Prospek Sektor Tahun 2026
Saham Properti Bersinar Sepanjang 2025, Prospek Sektor Tahun 2026

JAKARTA - Pergerakan saham emiten properti sepanjang 2025 mencuri perhatian pelaku pasar. 

Kenaikan indeks sektor ini bahkan melampaui laju Indeks Harga Saham Gabungan, meski penguatannya belum sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental seluruh emiten.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 29 Desember 2025, IDX Properties & Real Estate tercatat menguat 54,41 persen secara year to date. Angka tersebut jauh di atas kinerja IHSG yang naik sekitar 22,1 persen pada periode yang sama.

Senior Analyst Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, menilai lonjakan sektor properti terjadi sejak awal tahun dan dipicu oleh kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Faktor tersebut mendorong sentimen positif sekaligus memicu rerating saham properti.

Dorongan Suku Bunga dan Rotasi Dana Investor

Sepanjang 2025, Bank Indonesia memangkas suku bunga sebanyak lima kali hingga berada di level 4,75 persen. Kebijakan ini menurunkan biaya pendanaan atau cost of fund, sehingga minat kredit pemilikan rumah kembali membaik.

Kondisi tersebut mendorong rotasi dana ke saham-saham berisiko tinggi atau beta besar yang sebelumnya tertinggal. Banyak saham properti lapis dua dan tiga mengalami lonjakan signifikan karena efek low base yang kuat.

Sukarno menilai, sentimen tambahan seperti restrukturisasi utang, proyek baru, dan aksi korporasi turut memperkuat pergerakan harga. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya tercermin dalam kinerja laba emiten.

“Kondisi itu pun diperkuat sentimen restrukturisasi utang, proyek baru, dan aksi korporasi, meskipun belum sepenuhnya tercermin di laba,” ujarnya kepada Kontan, Senin.

Deretan Saham Properti Top Gainers

Sejumlah emiten properti mencatat kenaikan harga saham yang sangat tajam sepanjang 2025. Beberapa bahkan masuk jajaran top gainers tahunan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Trimitra Prawara Goldland Tbk (ATAP) melonjak sekitar 2.120 persen secara year to date. Disusul PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) yang naik lebih dari 1.700 persen.

Kenaikan besar juga dialami oleh PT Trinitri Dinamik Tbk, PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk, hingga PT Repower Asia Indonesia Tbk. Selain itu, sejumlah saham lain seperti TRIN, DADA, UANG, ROCK, MPRO, dan CSIS juga mencatat penguatan ratusan persen.

Namun menurut Sukarno, pergerakan saham-saham tersebut lebih didorong momentum dan spekulasi. Free float yang kecil dan likuiditas tipis membuat harga mudah bergerak ekstrem.

“Secara valuasi, mayoritas emiten properti sudah ahead of fundamentals, sementara emiten besar relatif lebih rasional,” ungkapnya.

Kenaikan Indeks Belum Sepenuhnya Fundamental

Pandangan serupa disampaikan Analis Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan. Ia menilai penguatan IDX Properties sepanjang 2025 terutama dipicu oleh penurunan suku bunga yang agresif, sehingga sentimen terhadap sektor properti membaik.

Suku bunga rendah meningkatkan daya beli masyarakat untuk KPR dan mendorong ekspektasi pemulihan penjualan properti. Selain itu, investor juga melakukan rotasi dari sektor-sektor yang valuasinya sudah mahal.

Meski demikian, David menegaskan bahwa kenaikan indeks tidak sepenuhnya mencerminkan fundamental seluruh emiten. Saham-saham berkapitalisasi kecil yang melonjak tajam ikut mendongkrak indeks meski valuasinya sudah mahal.

Sebaliknya, saham properti berkapitalisasi besar seperti PT Ciputra Development Tbk, PT Bumi Serpong Damai Tbk, dan PT Summarecon Agung Tbk dinilai naik lebih sehat karena ditopang prospek penjualan dan neraca yang kuat.

Prospek Sektor Properti di Tahun 2026

Memasuki 2026, sektor properti masih memiliki prospek positif meski laju pertumbuhannya diperkirakan melambat. Sentimen pendukung berasal dari potensi suku bunga rendah yang berlanjut serta kemungkinan insentif pemerintah untuk sektor properti.

Namun, risiko tetap membayangi, seperti daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dan valuasi saham tertentu yang sudah relatif tinggi. Kondisi ini membuat selektivitas menjadi kunci utama bagi investor.

David menilai emiten besar dengan proyek berjalan dan penjualan stabil masih berpeluang menjadi penopang sektor. Sebaliknya, saham-saham spekulatif berisiko mengalami koreksi jika kinerja tidak mampu mengejar kenaikan harga.

Strategi Investasi dan Rekomendasi Saham

Untuk strategi 2026, David menyarankan investor melakukan akumulasi bertahap saat terjadi koreksi harga. Menurutnya, valuasi saham properti besar masih menarik secara historis meski belum menetapkan target harga tertentu.

Sukarno juga berpandangan bahwa sektor properti tetap berpotensi tumbuh seiring bertahannya suku bunga rendah, peluang insentif, dan pemulihan marketing sales. Namun, kinerja indeks diperkirakan tidak secepat 2025 karena valuasi sudah tinggi dan risiko profit taking meningkat.

Ia merekomendasikan saham PT Bumi Serpong Damai Tbk, PT Pakuwon Jati Tbk, PT Ciputra Development Tbk, dan PT Summarecon Agung Tbk. Saham-saham tersebut dinilai undervalued karena diperdagangkan dengan PBV di bawah satu kali dan PER di bawah lima belas kali.

Di sisi teknikal, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius melihat saham CTRA masih berpotensi melemah ke area support selama bergerak di bawah resistance tertentu. Ia menyarankan investor bersikap wait and see sambil mencermati pergerakan harga ke depan.

Dengan demikian, meski sektor properti masih menjanjikan di 2026, pendekatan selektif dan disiplin manajemen risiko menjadi kunci bagi investor untuk menjaga kinerja portofolio.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index